Selasa, 16 November 2010

Mbah Maridjan Tokoh Panutan yang penuh pengabdian

Jenazah Mbah Maridjan ditemukan dalam posisi sujud di dalam kamarnya. Saat ditemukan, Mbah Maridjan mengenakan batik kuning dan bersujud di atas sajadahnya di dalam kamar.
Hari ini, Kamis 28 Oktober 2010, sekitar pukul 10.00 WIB Mbah Maridjan akan dikebumikan. Tepat di bawah kaki Gunung Merapi. "Dari RS Sardjito berangkat pukul 09.00 WIB," kata kerabat Mbah Maridjan, Agus Wiyarto, Kamis 27 Oktober 2010.
Mbah Maridjan merupakan orang asli kaki Merapi. Lahir di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, 83 tahun lalu. Mbah Maridjan ditemukan tewas dalam posisi bersujud di tempat kelahirannya.
Mbah Maridjan menepati janjinya. "Menjaga Merapi sampai ajal menjemput," kata Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso kemarin di gedung DPR. Mbah Maridjan merupakan didaulat menjadi kuncen atau juru kunci 'penjaga' Gunung Merapi sejak 1982.
Jabatan juru kunci bukanlah hal yang baru bagi ayah dengan empat orang anak kelahiran 1927 itu. Pada 1970, atau saat Mbah Maridjan berusia 43 tahun, Keraton Yogyakarta sudah menunjukknya menjadi wakil juru kunci, mendampingi sang ayah. Saat sang ayah wafat, Mbah Maridjan ditunjuk Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk melanjutkan amanat sebagai juru kunci Merapi.

Sri Sultan Hamengkubuwono IX memberikan tugas utama sebagai juru kunci. Tugasnya, setiap Gunung Merapi akan meletus, warga setempat selalu menunggu komando dari Mbah Maridjan untuk mengungsi.

Bersama Ponirah, istrinya, Mbah Maridjan memiliki empat orang anak. Mbah Anjungan, Raden Ayu Surjuna, Raden Ayu Murjana, dan Raden Mas Kumambang.

Kharisma dan 'kemampuan' Mbah Maridjan menurun kepada anak-anaknya. Salah satunya Mbah Anjungan, yang dipercaya menjadi penasihat Presiden Soekarno sejak 1968-1969. Bahkan pada pada 1974-1987 menjadi Wali Mangkunagara VIII.

Mbah Maridjan mendapat gelar Mas Penewu Suraksohargo atau Sang Penjaga atau Juru Kunci Gunung Merapi. Sejak dijaga Mbah Maridjan, Gunung Merapi sudah lima kali meletus dan 'batuk-batuk'. Yakni di tahun 1994, 1998, 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus, 2006 dan 26 Oktober 2010.

Tidak semua juru kunci setenar Mbah Maridjan. Peristiwa meletusnya Merapi pada 2006 membuat namanya meroket. Mbah Maridjan kukuh tidak turun gunung karena yakin letusan awan panas 'wedhus gembel' Merapi tidak akan menyambarnya. Dengan keberanian dan perkiraan yang tepat itu, Mbah Maridjan terkenal. Bahkan dia menjadi bintang iklan minumen berenergi.

Kini, entah wangsit apa yang didapat Mbah Maridjan hingga dirinya enggan mengungsi turun dari Merapi. Dia memilih beribadah di atas sajadah dan bersujud kepada Yang Maha Kuasa sampai ajal menjemput. Mbah Maridjan meninggal dunia bersama 29 orang lainnya termasuk redaktur senior VIVAnews.com,

Yuniawan Wahyu Nugroho. (umi)